sampo anti uban di awal dibuat, 3 tahun lalu |
Beberapa masukan positif datang dari pemakai sampo uban aka sampo kopi batangan. Kali ini bukan dari penderita uban, namun penderita penyakit auto imun. Mereka mengaku awalnya memiliki rambut yang mudah rontok, tipis, dan kusam. Kulit kepala pun pitak-pitak, boncel-boncel, penuh luka. Namun setelah 1-2 kali keramas dengan sampo anti uban -baik yang cair maupun padat- rambut berkurang rontoknya, mulai tumbuh anak rambut baru, kulit kepala mulai mulus kembali.
Wah, sampo uban memang multi fungsi. Saya jadi agak kaget. Dulu saya membuat sampo ini sekedar iseng, memperbaiki kondisi rambut sendiri yang cepat berubah warna pasca terserang kanker. Tujuan saya hanya memperlambat terjadinya uban, siapa tahu rambut putih berubah hitam kembali. Walau rambut masih berubah -meski sudah hampir 3 tahun memakai sampo ini- namun uban di kepala berkurang banyak. Kalau dulu separo rambut adalah uban, kini tinggal 1/3 nya, sisanya ada yang hitam ada yang kecoklatan. Saya juga tak perlu memakai cat rambut kimia. Kalau terpaksa mengecat rambut, cukup pakai henna yang harganya Rp.5000/bungkus, satu bungkus bisa digunakan 2x dan sekali cat bertahan sebulan. Lumayan ngirit buat rambut panjang saya!
Sampo anti uban memang dirancang untuk kesehatan rambut, fungsinya memperbaiki rambut rusak menjadi sehat. Maka bahan-bahan sampo dipilih yang berfungsi menyehatkan rambut, mulai bahan utama seperti minyak nabati (ada 6-7 minyak nabati, termasuk minyak wijen dan jarak), bahan tambahan alami (ada 5-6 bahan seperti neem, kopi, biji delima atau biji pepaya).
Tak selalu sampo berhasil menghitamkan rambut beruban -butuh waktu dan tergantung banyak faktor- namun sampo akan membuat rambut sakit menjadi sehat. Rambut rontok menjadi berkurang rontoknya, rambut kusam menjadi bercahaya, rambut berketombe menjadi berangsur hilang ketombenya, dan kepala botak menjadi berambut. Rambut perenang yang setiap hari berenang di air penuh kaporit akan tetap sehat jika selalu keramas menggunakan sampo ini.
Namun, sampo ini akan memberi efek sebaliknya jika digunakan pada rambut sehat. Tak jarang pemilik rambut mengeluh rambutnya berketombe atau gatal. Ini karena rambut sehat sudah mampu memproduksi lemak dan minyak sendiri, jadi tambahan bahan minyak dari luar justru akan membuat minyak di kepala berlebih. Jika pada waktu membilas saat keramas kurang bersih, lapisan minyak di kepala tak akan berkurang, hasilnya bubuk-bubuk halus mirip ketombe.
Karena itu, ketika rambut rusak sudah mulai sehat, sebaiknya hentikan pemakaian sampo anti uban, atau selingi pemakaian sampo anti uban dengan bahan alami seperti jeruk nipis, cuka apel, cuka kamboja. Misalnya minggu ini keramas dengan sampo anti uban, minggu berikutnya cukup dengan jeruk nipis.
Pada pemilik kulit kepala bermasalah karena gangguan kekebalan tubuh -entah alergi, penyakit autoimun- yang membuat produksi minyak di kulit kepala terganggu, bisa terus memakai sampo ini.
Sedang pada pemilik uban abadi mirip saya, pergunakan sampo ini secukupnya. Busa tak perlu super banyak untuk membasuh kulit kepala atau rambut, secukupnya saja. Jangan lupa menggunakan minyak kakao sebagai hairtonik usai keramas. Hairtonik cukup pakai 1-2 tetes, dioleskan saat rambut masih basah, terutama di ujung dan helai rambut.
Walau banyak memberi hasil positif -dan negatif pada beberapa orang- sampo anti uban masih terus dikembangkan, dari segi bahan utama maupun tambahan. Tak ada hasil sempurna untuk sebuah produk, apalagi produk sampo. Namun sungguh membahagiakan produk senilai Rp.20.000/100gram ini bisa membantu banyak orang yang memiliki kulit kepala dan rambut sakit. Penyembuhan tak harus mahal, tapi juga tak harus gratis. Yang gratis, jika kita membuatnya sendiri dari tanaman yang kita tanam sendiri.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar