Ketika tinggal di Munduk, seorang kawan meminta saya membuatkan sabun untuk penginapan miliknya. Umumnya sabun yang disediakan di hotel, homestay, atau villa, bentuknya kecil dan kemasannya luks. Namun ketika dibuka, aromanya menyengat. Ciri khas sabun murahan yang dibuat dari minyak sawit dan parfum murahan. Jika mandi memakai sabun semacam ini, coba goreskan kuku ke kulit setelah kering, pasti akan tercipta garis putih. Sabun ini membuat kulit harum, namun kering dan bersisik.
Sabun ala penginapan memiliki ciri khusus. Ukurannya kecil, sekitar 10-15 gram bobotnya, karena ditujukan buat pemakaian jangka pendek, misalnya 1-2 hari. Tak jarang, usai dipakai, sabun pun dibuang. Kerap malah tamu ogah melirik sabun 'murahan' ini. Mereka memilih membawa sabun sendiri. Namun ada juga tamu yang hobi mengantongi serta membawa pulang sabun yang diberikan hotel (termasuk saya, haha). Sebagai kenang-kenangan.
Kondisi di atas menantang saya untuk membuat sabun dari bahan lokal, yang layak pakai, tidak murahan, tidak membuat kulit kering, cocok menjadi buah tangan tamu yang menginap, serta membuat mereka sayang pada sabun tersebut, sehingga mau memakainya sampai titik penghabisan.