Kamis, 11 Agustus 2016

Meninggalkan Rebatching

Di awal menyabun, beberapa kali saya mengolah ulang sabun atau rebatching, seperti yang saya tulis di sini :

http://soap4fun.blogspot.co.id/2015/05/rebatching-membuat-sabun-dari-sabun.html

sabun hasil rebatching


Namun dengan semakin kerapnya membuat sabun, semakin jarang saya melakukan rebatching. Mungkin karena semakin jarang menghasilkan 'sabun gagal', serta menemukan teknik lain yang lebih berguna pada sabun sisa atau scrap sabun.

Menurut saya, rebatching butuh kesabaran, menguras banyak tenaga, termasuk kompor gas, serta hasilnya kurang memuaskan dibanding saat pertama membuat sabun. Itu sebabnya saya meninggalkan rebatching.

Daripada rebatching, saya memilih mengumpulkan sisa-sisa sabun untuk diolah menjadi detergen ramah lingkungan. Caranya dengan membubukkan sis-sisa sabun atau sabun bekas, mencampurnya dengan garam krosok dan soda ash (bukan baking soda). Hasilnya lebih 'maut' ketimbang deterjen yang dijual di toko.

Kadang memang saya mencuci memakai lerak atau garam, namun untuk pakaian berwarna putih dan lembut bahannya, butuh perlakuan khusus. Apalagi jika bepergian, detergen buatan sendiri tampak lebih praktis dan mumpuni.

Sedang jika saya menghasilkan 'sabun gagal', ketimbang diolah ulang, mending saya campur dalam pembuatan sabun baru. Misalnya pada pembuatan sabun karamel atau sabun penyakit kulit. Hasilnya malah 'mooi' dan tidak membuang banyak tenaga dan waktu.

Saya hanya menekuni 'rebatching' sebagai seni membuat sabun, yaitu jika ingin membuat sabun yang berbeda dari biasanya. Bukan lagi sebagai sistem daur ulang.

Salam,







Tidak ada komentar: