sabun daur ulang yang lembut di kulit, busanya krimi, dan teksturnya tahan lama. |
Seorang pelanggan mengembalikan sabun-sabun yang dibelinya saat awal-awal saya membuat sabun. Alasannya, tidak cocok dengan jenis kulitnya. Ada sabun canola, sabun/sampo kopi, dan sabun susu. Bentuk para sabun ini memang tidak elok, karena saya belum menggunakan cetakan silikon -yang mahal itu- dan masih memanfaatkan plastik bekas wadah kue. Umur para sabun ini lbih 6 bulan, bahkan ada yang setahun.
Sabun-sabun seberat 500gr ini sudah sangat keras, sehingga sulit jika diiris tipis-tipis. Jadi saya rendam saja ke dalam air hangat selama 2 hari 3 malam. Setelah empuk, saya 'remat-remat- dengan jari tangan, mirip membuat adonan untuk roti. Setelah itu saya tambahkan teh bunga kamboja, saya panaskan di atas api kecil, dan saya tambahkan beberapa tetes vanili cair. Baru kemudian dicetak dalam bentuk 4 mawar besar dan 8 hati, tunggu sampai dingin lalu masukkan freezer semalam sebelum dilepas dari cetakan.
Kini, sebulan berlalu, sabun 'daur ulang' ini jadi sabun andalan menghadapi cuaca kota Surabaya yang bisa mencapai 36 derajad C. Saya tak segan mandi 3-4 kali sehari menggunakan sabun 'buruk rupa' ini, karena tak membuat kulit kering, bersisik, apalagi menebal dan gosong.Teksturnya mantap, tahan lama, tidak terlalu lembut di tangan, tapi menghasilkan busa banyak dan 'creamy', dan melembabkan kulit. Mungkin karena pengaruh susu. Yang jelas, setelah sabun berbahan cocoa butter, ini sabun favorit saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar